Jatengkita.id – Candi Borobudur merupakan mahakarya arsitektur Buddha terbesar di dunia yang terletak di Magelang, Jawa Tengah. Dengan 2.672 panel relief dan 504 arca Buddha, relief Candi Borobudur dianggap terlengkap di dunia.
Candi ini bukan sekadar tempat ibadah, tetapi juga sebuah kitab visual yang mengisahkan ajaran Buddha dan perjalanan spiritual manusia.
Artikel ini akan membahas secara rinci berbagai relief Candi Borobudur, termasuk maknanya, cerita yang diabadikan dalam pahatan, serta pembagian tingkatan candi berdasarkan filosofi Buddha.
Struktur dan Tingkatan Candi Borobudur
Borobudur dibangun dengan struktur mandala yang melambangkan alam semesta dalam ajaran Buddha. Tiga tingkatan utama pada candi ini mencerminkan perjalanan spiritual manusia menuju pencerahan.
- Kamadhatu (Dunia Nafsu)
Lapisan terbawah candi melambangkan kehidupan manusia yang masih terikat oleh hawa nafsu dan keinginan duniawi.
- Rupadhatu (Dunia Bentuk)
Lapisan tengah mencerminkan manusia yang mulai melepaskan nafsu duniawi, tetapi masih terikat dengan bentuk fisik dan pemikiran.
- Arupadhatu (Dunia Tanpa Bentuk)
Lapisan tertinggi mencerminkan pencapaian spiritual tertinggi, di mana manusia telah terbebas dari keterikatan material dan mencapai pencerahan.
Pembagian relief Candi Borobudur juga mengikuti tingkatan relief Kamadhatu di bagian bawah, relief Rupadhatu di bagian tengah, dan Arupadhatu yang tidak memiliki relief sebagai simbol kesempurnaan spiritual.

Jenis dan Makna Relief di Candi Borobudur
- Relief Kamadhatu
Kamadhatu menggambarkan hukum karma atau hukum sebab akibat. Relief ini terdiri dari 160 panel, namun sebagian besar tertutup struktur tambahan yang dibangun untuk memperkuat candi. Hanya 4 panel yang dibiarkan terbuka untuk pengunjung.
Makna utama dalam relief ini adalah tentang konsekuensi dari perbuatan manusia. Jika seseorang melakukan keburukan, maka ia akan mendapatkan penderitaan, sedangkan perbuatan baik akan menghasilkan kebahagiaan.
- Relief Rupadhatu
Rupadhatu merupakan tingkatan kedua yang menandakan perjalanan spiritual menuju pencerahan. Relief di bagian ini menampilkan berbagai figur Buddha, makhluk surgawi, dan motif geometris yang menggambarkan ajaran Buddha tentang kekosongan (sunyata) dan keabadian.
Relief ini menunjukkan bahwa meskipun manusia telah melepaskan nafsu duniawi, mereka masih terikat dengan bentuk fisik dan pemikiran. Oleh karena itu, perjalanan menuju pencerahan belum selesai.
- Relief Arupadhatu
Arupadhatu adalah tingkatan tertinggi di Borobudur yang melambangkan pencapaian kesempurnaan spiritual. Tidak seperti dua tingkatan sebelumnya, bagian ini tidak memiliki relief karena melambangkan keadaan yang melampaui bentuk material.
Di bagian ini, terdapat stupa-stupa yang masing-masing berisi arca Buddha dalam posisi meditasi. Hal ini mencerminkan kondisi pencerahan, di mana seseorang telah terbebas dari segala keterikatan duniawi.
- Relief Mendut
Candi Mendut, yang merupakan bagian dari kompleks Borobudur, memiliki relief yang mengisahkan kelahiran dan perjalanan spiritual Buddha Gautama.
Relief ini menggambarkan peristiwa penting seperti: mimpi Ratu Maya sebelum melahirkan Siddhartha Gautama, kelahiran Pangeran Siddhartha, dan perjalanannya menuju pencerahan.
Candi Mendut menjadi tempat suci bagi para peziarah yang ingin mengenang kelahiran dan ajaran Buddha.
- Relief Pawon
Candi Pawon juga memiliki relief yang berkaitan dengan kisah kehidupan Buddha. Salah satu relief utamanya menggambarkan Siddhartha Gautama saat memberikan pengajaran kepada para muridnya.
Dalam relief ini, Buddha duduk di atas takhta yang dihiasi ornamen, sementara para murid duduk dengan penuh perhatian. Ekspresi ketenangan pada wajah Buddha mencerminkan kebijaksanaan dan pencerahan yang telah Ia capai.
- Relief Lalitavistara
Relief Lalitavistara terdiri atas 120 panel yang menggambarkan kehidupan awal Pangeran Siddhartha hingga mencapai pencerahan.
Beberapa adegan utama dalam relief ini meliputi kelahiran Siddhartha Gautama, keputusannya meninggalkan kehidupan istana untuk mencari pencerahan. pertemuannya dengan para pertapa. dan momen saat Siddhartha mencapai kebuddhaan di bawah pohon Bodhi.
Relief ini berfungsi sebagai pengingat bagi umat Buddha untuk meneladani perjuangan Buddha dalam mencapai kebijaksanaan sejati.
- Relief Sudhana-Manohara
Bagian ini mengisahkan kisah cinta antara Sudhana, seorang pemuda pencari kebijaksanaan, dan Manohara, seorang putri bidadari. Kisah ini menggambarkan perjalanan spiritual Sudhana yang harus melewati berbagai ujian demi mendapatkan Manohara, yang melambangkan kebijaksanaan sejati.
Melalui relief ini, pengunjung diajak untuk memahami bahwa cinta sejati tidak hanya tentang hubungan manusia, tetapi juga tentang pencarian makna hidup dan kebijaksanaan dalam ajaran Buddha.
- Relief Awalokitesvara
Relief ini menggambarkan sosok Bodhisattva Awalokitesvara yang dikenal sebagai Bodhisattva belas kasih.
Dalam relief ini, Awalokitesvara digambarkan memiliki seribu tangan dan banyak wajah kecil, yang melambangkan kemampuannya untuk mendengar dan membantu semua makhluk yang membutuhkan pertolongan.
Relief ini mengajarkan pentingnya kasih sayang dan empati dalam kehidupan manusia. Ajaran ini mengingatkan bahwa pencerahan tidak hanya dicapai melalui meditasi, tetapi juga melalui tindakan nyata untuk membantu sesama.
Relief Naratif dan Dekoratif
- Relief Naratif
Mengisahkan cerita kehidupan Buddha dan ajaran-ajarannya.
- Karmawibhangga
- Jatakamala
- Lalitavistara
- Awadana
- Gandawyuha
- Bhadracari
- Relief Dekoratif
Merupakan pahatan seni murni yang menampilkan keindahan tanpa memiliki alur cerita tertentu. Relief ini menampilkan motif-motif alam, arsitektur tradisional, dan berbagai simbol spiritual.
Sebagai warisan budaya dunia, Borobudur tidak hanya menjadi tempat wisata, tetapi juga pusat spiritual dan pendidikan bagi siapa saja yang ingin memahami kebijaksanaan Buddha melalui seni reliefnya yang luar biasa.
Pilihan redaksi : Candi Borobudur, Mahakarya Penyintas Bom dan Bencana