Jatengkita.id – Wedang ronde merupakan salah satu minuman legendaris yang mudah dijumpai di berbagai pelosok Indonesia. Minuman ini, dengan kuah jahe hangatnya, sangat cocok dinikmati pada cuaca dingin, menjadikannya teman setia kala hujan turun atau angin malam berhembus.
Meskipun popularitasnya tak diragukan lagi, masih banyak yang belum mengetahui asal-usul dan filosofi mendalam di balik sajian ini. Ternyata, wedang ronde adalah hasil perpaduan budaya Tionghoa dan Jawa, yang mencerminkan akulturasi budaya yang kaya di Nusantara.
Sejarah Wedang Ronde
Sejarah wedang ronde berakar pada tradisi Tionghoa yang mengenal minuman ini dengan nama ‘tangyuan’. Dalam budaya Tionghoa, tangyuan memiliki makna spiritual yang mendalam dan sering disajikan sebagai sesaji khusus untuk dewa-dewa.
Tradisi ini bermula dari kebutuhan masyarakat China untuk mendapatkan perlindungan dan belas kasih para dewa selama musim dingin yang panjang dan dingin, di mana hal tersebut kerap menjadi ancaman bagi masyarakat Tionghoa kuno.
Mereka percaya bahwa dengan menyajikan tangyuan kepada dewa, mereka akan mendapatkan kekuatan untuk bertahan dan diberkahi kehidupan yang lebih baik. Maka dari itu, tangyuan disajikan dalam berbagai ritual, termasuk perayaan musim dingin seperti Festival Dongzhi.
Ketika para pedagang dan bangsawan Tionghoa mulai menjelajahi Nusantara sekitar tahun 400 Masehi, mereka membawa serta tradisi dan budaya, termasuk tangyuan. Seiring waktu, tangyuan mengalami adaptasi dan bertransformasi menjadi wedang ronde yang kita kenal saat ini.
Penyesuaian ini mencakup bahan-bahan lokal seperti gula jawa dan jahe yang memberikan cita rasa khas Indonesia pada minuman ini.

Filosofi di Balik Wedang Ronde
Wedang ronde tidak sekadar minuman. Setiap elemen di dalamnya memiliki makna filosofis yang mendalam. Misalnya, kuah jahe yang hangat, melambangkan perlindungan dan kehangatan, sementara bola-bola ronde dengan warna-warna cerah menyimpan pesan harapan dan kebahagiaan.
- Kuah Jahe
Kuah jahe dalam wedang ronde bukan hanya memberikan rasa hangat, tetapi juga memiliki khasiat kesehatan.
Dalam pengobatan tradisional, jahe dikenal mampu mengatasi masuk angin, melancarkan peredaran darah, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Kehangatan yang diberikan kuah ini seolah menjadi simbol kasih sayang dan perlindungan.
- Bola-Bola Ronde
Bola-bola ronde terbuat dari tepung ketan yang lembut dan elastis, melambangkan persatuan dan harmoni. Warna-warna bola ronde juga memiliki makna khusus. Misalnya, merah adalah simbol keberanian untuk menghadapi tantangan.
Kemudian hijau, melambangkan kebahagiaan dan kesegaran hidup. Dan putih, melambangkan kemurnian hati dan niat yang tulus.
- Isi Gula Jawa
Manisnya gula jawa yang terdapat di dalam bola ronde melambangkan hasil dari doa dan harapan yang terkabul. Filosofi ini mencerminkan optimisme dan kepercayaan bahwa usaha dan doa akan membawa hasil yang manis.
- Bentuk Bulat
Bentuk bulat dari bola-bola ronde melambangkan keakraban dan kebersamaan, atau yang dalam budaya Jawa disebut “guyub”.
Oleh karena itu, wedang ronde sering disajikan dalam perayaan seperti Cap Go Meh dan Festival Yuanxiao, yang merupakan momen untuk berkumpul bersama keluarga dan orang-orang tercinta.
Baca juga : 14 Resep Minuman Hangat Tradisional Indonesia
Proses Akulturasi Budaya
Masuknya wedang ronde ke Indonesia adalah bagian dari proses akulturasi budaya antara Tionghoa dan masyarakat pribumi. Ketika para pendatang Tionghoa menetap di Nusantara, mereka memperkenalkan berbagai aspek budaya mereka, termasuk masakan khas seperti tangyuan.
Bahan-bahan asli Nusantara seperti jahe dan gula merah kemudian diintegrasikan dan menciptakan rasa yang lebih sesuai dengan lidah lokal. Proses ini mencerminkan harmoni budaya yang menjadi ciri khas Indonesia.
Resep dan Cara Membuat Wedang Ronde
Meskipun terkesan rumit, membuat wedang ronde sebenarnya cukup sederhana jika mengikuti langkah-langkah berikut ini.

Bahan Bola Ronde
- 150 gram tepung ketan
- 1 sendok makan tepung tapioka
- 200-300 ml air
- 1 sendok teh air kapur sirih
- Sejumput garam
- 1 sendok teh gula halus
- Pewarna makanan sesuai selera
Bahan Kuah Jahe
- 1.5 liter air
- 200 gram gula merah, disisir halus
- 100 gram jahe, dibakar dan digeprek
- 2 batang serai, digeprek
Bahan Isian
- 100 gram kacang tanah kupas, digoreng
- 3 sendok makan gula pasir
Langkah Pembuatan
- Haluskan kacang tanah goreng bersama gula pasir, kemudian sisihkan sebagai isian.
- Rebus gula merah dan serai bersama 1.5 liter air hingga gula larut. Matikan api dan tambahkan jahe yang telah digeprek. Sisihkan kuah jahe ini.
- Campurkan tepung ketan, tepung tapioka, garam, dan gula halus dalam satu wadah. Tambahkan air sedikit demi sedikit sambil diuleni hingga adonan kalis dan bisa dipulung.
- Bagi adonan menjadi beberapa bagian, lalu beri pewarna makanan sesuai selera.
- Ambil sedikit adonan, pipihkan, beri isian kacang, lalu bulatkan kembali. Untuk ronde tanpa isian, cukup bulatkan saja adonan.
- Rebus bola-bola ronde dalam air mendidih hingga mengapung, tanda bahwa bola-bola tersebut sudah matang.
- Angkat bola-bola ronde yang sudah matang dan masukkan ke dalam kuah jahe yang telah disiapkan.
- Wedang ronde siap disajikan selagi hangat.
Wedang Ronde Lebih dari Sekadar Minuman
Ronde adalah simbol perpaduan budaya, filosofi, dan cita rasa. Minuman ini bukan hanya menghangatkan tubuh, tetapi juga menyampaikan pesan tentang kehangatan, kebersamaan, dan harapan.
Sebagai bagian dari tradisi kuliner Indonesia, wedang ronde menjadi pengingat betapa kayanya warisan budaya kita yang terus hidup dan berkembang.
Dengan menikmati secangkir wedang ronde, kita tidak hanya menikmati kelezatan rasa, tetapi juga merasakan kehangatan tradisi yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Wedang ronde juga menjadi bukti nyata bagaimana kuliner mampu menjadi sarana pemersatu budaya.
Setiap tegukan minuman ini menyimpan cerita tentang perjuangan, doa, dan harapan. Oleh karena itu, wedang ronde bukan hanya sebuah sajian, tetapi juga warisan yang harus dijaga dan dilestarikan.
Dari masa ke masa, wedang ronde akan terus menjadi bagian penting dari kekayaan kuliner Indonesia yang mengingatkan kita akan harmoni yang dapat tercipta dari keberagaman budaya.
Tonton video : REKOMENDASI WEDANG RONDE UNNES