Jatengkita.id – Minimalisme dan hoarding sering menjadi perbincangan dalam kehidupan modern yang serba cepat dan konsumtif. Minimalisme adalah gaya hidup yang menekankan kesederhanaan dan hanya memiliki barang yang benar-benar diperlukan.
Sementara hoarding atau menimbun barang adalah kebiasaan menyimpan banyak benda hingga berlebihan, sering kali tanpa alasan yang jelas. Kedua pola hidup ini mencerminkan cara individu berinteraksi dengan lingkungan, barang, dan bahkan dengan diri mereka sendiri.
Beberapa orang menemukan kebahagiaan dalam kesederhanaan, sementara yang lain merasa nyaman dengan menimbun berbagai benda. Namun, di balik perbedaan ini, ada dampak psikologis, sosial, dan ekonomi yang signifikan. Simak ulasannya berikut ini!
Minimalisme
Adalah filosofi hidup yang berfokus pada kesederhanaan dan pengurangan kepemilikan barang. Konsep ini bukan sekadar membuang barang, tetapi juga menciptakan ruang bagi hal-hal yang benar-benar penting.
Minimalisme sering kali dikaitkan dengan estetika yang bersih, rumah yang rapi, dan gaya hidup yang lebih bebas dari stres. Minimalisme bukan konsep baru.
Gaya hidup ini sudah ada sejak zaman dahulu, terutama dalam ajaran filosofis seperti Buddhisme dan Stoikisme yang menekankan ketidakterikatan terhadap benda material.
Namun, dalam konteks modern, minimalisme semakin populer sejak tahun 2000-an, terutama setelah gerakan seperti The Minimalists, yang dipopulerkan oleh Joshua Fields Millburn dan Ryan Nicodemus.

Minimalisme memiliki beberapa prinsip utama, yaitu mengurangi barang yang tidak diperlukan dan emprioritaskan kualitas dibanding kuantitas. Konsep ini juga mengutamakan pengalaman dibanding kepemilikan, tapi dia enciptakan ruang yang fungsional dan bebas dari kekacauan.
Minimalisme dapat mengurangi stres karena lingkungan yang lebih rapi membantu menenangkan pikiran. Dengan lebih sedikit gangguan, seseorang dapat lebih produktif, sehingga fokus bisa meningkat. Minimalisme juga membantu dalam mengontrol keuangan dengan membeli sedikit barang.
Konsep minimalisme berdampak pada ramah lingkungan. Mengurangi konsumsi berarti mengurangi limbah dan jejak karbon. Namun, minimalisme juga memiliki tantangan tersendiri, terutama bagi mereka yang terbiasa hidup dengan banyak barang.
Baca juga : 15 Cara Menikmati Hidup Tanpa Pacaran : Free, Independent, Happy!
Hoarding
Hoarding adalah kebiasaan menyimpan barang dalam jumlah berlebihan hingga menyebabkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari. Ini bisa berupa koleksi barang yang tidak digunakan, barang rusak, atau bahkan sampah yang tetap disimpan.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menjadi hoarder. Pertama adalah Ketakutan akan kehilangan sesuatu yang penting. Kemudian, nilai sentimental yang terlalu tinggi terhadap barang. Ketiga adalah Kesulitan dalam mengambil keputusan untuk membuang barang.
Dan terakhir adalah gangguan psikologis seperti hoarding disorder. Hoarding bisa menyebabkan stres dan kecemasan. Hal ini dipicu karena banyaknya barang yang memenuhi ruangan. Sebab, hal tersebut juga meningkatkan risiko kebakaran.
Minimalisme vs Hoarding – Dua Ekstrem dalam Pola Hidup
Minimalisme dan hoarding berada di dua ujung spektrum dalam hal kepemilikan barang. Sementara minimalis berusaha memiliki sesedikit mungkin, hoarder menyimpan sebanyak mungkin. Hoarding menjadi masalah ketika mulai mengganggu kehidupan sehari-hari.
Tidak semua orang harus menjadi minimalis atau hoarder. Yang penting adalah menemukan keseimbangan yang sesuai dengan kebutuhan dan gaya hidup masing-masing. Metode decluttering, seperti metode KonMari dari Marie Kondo, dapat diterapkan sehari-hari.
- Tentukan batasan, misalnya hanya menyimpan barang dalam satu lemari.
- Sadar akan pola konsumsi, indari belanja impulsif.
- Minta bantuan profesional jika diperlukan, konsultasi dengan terapis bisa menjadi solusi bila hoarding sudah menjadi gangguan psikologis.

Cara Menjalani Minimalisme yang Sehat
Bda beberapa cara untuk menjalani minimalisme tanpa menjadi ekstrim adalah fokus pada fungsionalitas, bukan hanya jumlah barang.
Kemudian, sesuaikan dengan kebutuhan pribadi, bukan mengikuti tren. Jangan merasa bersalah jika masih memiliki barang sentimental. Dan gunakan minimalisme sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup, bukan sebagai beban.
Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!