Jatengkita.id – Stasiun Semarang Tawang bukan sekadar tempat naik-turun penumpang, melainkan juga salah satu stasiun paling legendaris di Indonesia. Berdiri megah di kawasan Kota Lama Semarang, stasiun ini menyimpan cerita panjang yang dimulai sejak zaman kolonial Belanda.
Keberadaannya bukan hanya penting sebagai pusat transportasi, tetapi juga sebagai saksi bisu perubahan zaman dan perkembangan perkeretaapian di tanah Jawa. Begitu melangkah ke dalamnya, kita seolah diajak menyusuri lorong waktu yang membawa nuansa masa lalu ke tengah hiruk-pikuk modernitas kota.
Sejarah Pendirian Stasiun Tawang
Kemunculan Stasiun Semarang tak lepas dari kisah Stasiun Samarang yang lebih dulu berdiri pada tahun 1864. Terletak di atas tanah rawa yang berdekatan dengan Laut Jawa, stasiun lama ini kerap dilanda banjir rob.
Genangan air yang datang silih berganti itu lama-kelamaan menjadi masalah serius, terutama saat lalu lintas kereta mulai padat oleh penumpang dan pengangkutan barang.
Untuk mengatasi gangguan banjir yang kerap melanda stasiun lama, perusahaan kereta api swasta Belanda, Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM), akhirnya mengambil langkah besar membangun stasiun baru yang lebih aman dan strategis.

Pembangunan Stasiun Tawang resmi dimulai pada 29 April 1911. Hal itu ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Anna Wilhelmina van Lennep, putri dari kepala teknisi NISM, sebuah momen simbolis yang kini menjadi bagian dari sejarah.
Kawasan Tawang di utara Kota Lama dipilih sebagai lokasi karena letaknya yang lebih tinggi dan merupakan pusat perdagangan yang sibuk pada masa itu. Hal ini menjadikannya tempat ideal untuk menunjang pertumbuhan transportasi kereta api.
Karena tanahnya yang labil dan berawa, pembangunan Stasiun Tawang membutuhkan waktu ekstra untuk pemadatan menggunakan pelat beton agar bangunan tetap kokoh. Stasiun Tawang resmi beroperasi pada 01 Juni 1914 dan kemudian menjadi pusat transportasi penting di Semarang.
Stasiun ini berdampingan dengan Stasiun Poncol dalam melayani perjalanan penumpang dan angkutan barang di jalur utara Jawa.
Baca juga : Ternyata Stasiun Tertua Ada di Jawa Tengah, loh!
Arsitektur Megah dan Unik
Stasiun Semarang Tawang tak hanya berfungsi sebagai pusat transportasi, tapi juga memikat mata dengan arsitekturnya yang megah dan khas. Gaya Indische yang digunakan merupakan hasil perpaduan antara desain kolonial Eropa dan sentuhan lokal memberi nuansa elegan sekaligus berkarakter.
Dirancang oleh arsitek Ir. L.C.L.W. Sloth-Blaauboer, bangunan utama stasiun mengikuti arah rel kereta dan menampilkan bentuk geometris perpaduan kubus dan balok.

Atap limas segi empat yang menjulang, dilengkapi kubah tembaga di puncaknya, memberi kesan kuat dan anggun. Tak hanya itu, jendela-jendela besar produksi J.H. Schouten dari Den Haag memberikan cahaya alami dan sirkulasi udara yang optimal.
Tak heran, pada zamannya, Stasiun Tawang bahkan pernah disebut sebagai stasiun terindah di Hindia Belanda oleh surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad.
Peran dan Fungsi Stasiun Tawang
Sebagai stasiun kelas besar tipe A, Stasiun Semarang Tawang menjadi simpul penting dalam jalur kereta api utara Jawa.
Di sinilah berbagai jenis kereta api dari kelas ekonomi hingga eksekutif, termasuk kereta lokal dan aglomerasi berhenti dan menghubungkan Semarang dengan kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Solo, hingga Yogyakarta.
Tapi Tawang bukan hanya tempat naik turun penumpang. Stasiun ini juga mendukung pergerakan masyarakat dan roda ekonomi di Semarang dan sekitarnya.
Ditambah lagi, lokasinya yang terhubung dengan kawasan wisata Kota Lama menjadikan Stasiun Tawang sebagai ikon sejarah dan budaya yang terus hidup di tengah modernisasi kota.
Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!






