Tradisi Unik Masyarakat Jawa Sambut Kelahiran Sapi

Tradisi Unik Masyarakat Jawa Sambut Kelahiran Sapi
Bancakan dawet dalam menyambut kelahiran sapi dimaksudkan sebagai bentuk syukur dan doa agar sapi membawa keburuntungan bagi pemiliknya (Gambar: istockphoto.cm)

Jatengkita.id – Salah satu tradisi unik di Jawa Tengah yang masih dileastrikan hingga kini adalah dawetan. Tradisi ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kelahiran pedhet atau anak sapi.

Bagi masyarakat desa, sapi tidak hanya berfungsi sebagai hewan ternak, tetapi juga dianggap bagian dari keluarga dan simbol rezeki serta kehidupan baru. Kelahiran seekor pedhet menjadi pertanda keberkahan. Pasalnya, ternak sapi tersebut bisa membantu keluarga mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.

Upacara syukuran ini dikenal dengan nama “Dawetan” atau “Dawet i Anak Sapi”, yaitu sebuah ritual sederhana namun sarat makna, yang dilakukan oleh pemilik sapi ketika anak sapi baru saja lahir.

Dalam prosesi ini, masyarakat biasanya membagikan minuman dawet kepada tetangga atau kerabat. Hal itu dilakukan sebagai lambang rasa syukur dan doa agar pedhet tumbuh sehat serta membawa keberuntungan bagi pemiliknya.

Hal ini yang membuat tradisi Dawetan dinilai lebih dari sekadar acara minum dawet bersama. Tradisi Dawetan mencerminkan nilai kebersamaan, rasa syukur, dan kearifan lokal masyarakat pedesaan Jawa.

Mereka menghargai setiap anugerah kehidupan, termasuk kelahiran seekor anak sapi yang dianggap membawa berkah bagi keluarga.

Dalam pelaksanaan tradisi Dawetan atau bancakan pedhet, para peternak sapi di pedesaan biasanya mengadakan upacara syukuran.

Selain sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, upacara ini juga sebagai bentuk penghormatan terhadap hewan ternak yang dianggap membawa rezeki bagi keluarga.

Dalam ritual sepasaran sapi (prosesi yang dilakukan lima hari setelah kelahiran pedhet), terdapat perbedaan ubo rampe atau perlengkapan sesaji yang digunakan, bergantung pada jenis kelamin anak sapi.

Untuk sapi jantan, ubo rampe yang disiapkan berupa jadah disertai minuman dawet sebagai pelengkap. Sedangkan untuk sapi betina, bahan yang digunakan adalah pondoh, campuran beras dan kelapa, juga dengan tambahan dawet.

tradisi unik
Es dawet dalam tradisi masyarakat Jawa menyambut kelahiran sapi (Gambar: istockphoto.com)

Ternyata dari perbedaan bahan yang ada pada ritual tersebut memiliki makna simbolis. Menurut para peternak, hal ini diyakini karena sapi jantan dianggap memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Sehingga diberikan sajian dari ketan yang harganya juga lebih mahal dibandingkan beras.

Sementara itu, untuk sapi betina yang memiliki daya jual yang relatif lebih rendah, tetap dihormati dengan sesaji dari beras yang melambangkan kesuburan dan ketekunan.

Setelah seluruh ubo rampe disiapkan, pemilik sapi akan memanjatkan doa di hadapan induk sapi yang baru melahirkan. Dalam prosesi ini, induk sapi diberi minum air dawet yang telah didoakan. Harapannya, sapi tersebut tetap sehat dan menghasilkan air susu yang banyak serta lancar.

Unsur dawet dan santan memiliki filosofi mendalam. Dawet santan melambangkan kelancaran rezeki dan kesucian, sebagaimana santan yang berwarna putih menyerupai air susu.

Keterpaduan antara dawet dan santan juga menggambarkan nilai sosial dan kebersamaan dalam budaya Jawa. Dua unsur tersebut tidak dapat dipisahkan, sebagaimana hubungan manusia dengan alam yang selalu saling melengkapi.

Dibalik Fenomena Merokok Masyarakat Pedesaan

Dengan demikian, tradisi Dawetan bukan sekadar ritual minum dawet bersama, melainkan juga perwujudan kearifan lokal, simbol kesyukuran, dan doa agar kehidupan terus mengalir dengan berkah serta kelimpahan.

Ditambah lagi, kehadiran warga dan keluarga yang datang untuk menikmati dawet bersama menjadikan tradisi Dawetan sarat makna kebersamaan, gotong royong, dan kekerabatan. Momen ini tidak hanya sebagai ungkapan syukur atas kelahiran pedhet, tetapi juga memperkuat hubungan sosial antar warga.

Masyarakat percaya bahwa melaksanakan Dawetan akan membawa keberkahan. Sapi yang dirayakan akan sehat, terhindar dari penyakit, dan menghasilkan susu yang melimpah. Keyakinan ini mencerminkan kearifan masyarakat agraris Jawa yang menjunjung harmoni antara manusia, hewan, dan alam.

Hal ini juga membuat tradisi Dawetan sebagai bagian dari budaya agraris Jawa. Oleh karena itu, tradisi ini tetap lestari sebagai warisan budaya lokal yang mempererat kebersamaan dan menjaga jati diri masyarakat pedesaan meskipun zaman telah banyak berubah di tengah arus modernisasi.

Baca juga: Menyelami Deretan Menu Bancakan Weton dan Filosofinya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *