Banjir Brebes : Kerugian, Evakuasi, dan Pemulihan

Banjir Brebes : Kerugian, Evakuasi, dan Pemulihan
(Gambar : jatengprov.go.id)

Jatengkita.id – Hujan deras yang terus-menerus selama lebih dari seminggu menyebabkan banjir Brebes karena debit air sungai meningkat drastis. Pada 08 Januari 2025, air mulai meluap dan merendam desa-desa di Kecamatan Brebes, Losari, Ketanggungan, dan Jatibarang.

Dalam waktu singkat, banjir meluas ke wilayah lain seperti Kecamatan Wanasari dan Songgom. Tinggi genangan air bervariasi antara 50 cm hingga 2 meter, tergantung pada wilayahnya.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Brebes, Agus Riyanto, mengungkapkan bahwa bencana ini merupakan salah satu banjir terbesar yang terjadi dalam lima tahun terakhir.

“Debit air Sungai Pemali mencapai titik kritis dan tanggul di beberapa titik jebol. Kondisi ini menyebabkan air meluap hingga ke pemukiman penduduk,” ujarnya.

Para ahli lingkungan menyebutkan bahwa banjir ini tidak hanya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, tetapi juga oleh faktor lain seperti kerusakan ekosistem hulu sungai, deforestasi, dan sedimentasi di sungai-sungai utama.

“Kerusakan daerah aliran sungai (DAS) memperparah risiko banjir. Lahan hutan yang berfungsi sebagai daerah resapan air semakin berkurang akibat alih fungsi lahan,” kata Dedi Kurniawan, seorang pakar hidrologi dari Universitas Jenderal Soedirman.

Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Kabupaten Brebes berencana melakukan sejumlah langkah mitigasi, seperti memperkuat tanggul, memperbaiki saluran drainase, dan melakukan reboisasi di wilayah hulu. Namun, langkah ini membutuhkan waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Dampak Banjir Brebes

Banjir besar ini berdampak signifikan pada kehidupan masyarakat Brebes. Berdasarkan data sementara dari BPBD, lebih dari 10 ribu keluarga terdampak, dan sekitar 4.500 orang terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman seperti balai desa, masjid, dan sekolah yang diubah menjadi posko darurat.

Tidak hanya itu, ribuan hektare sawah terendam, yang berpotensi mengakibatkan gagal panen pada musim ini. Kondisi ini tentu menjadi pukulan berat bagi para petani, mengingat Brebes dikenal sebagai salah satu penghasil bawang merah terbesar di Indonesia.

Selain kerugian ekonomi, banjir juga menyebabkan gangguan aktivitas pendidikan. Banyak sekolah terpaksa meliburkan siswa karena ruang kelas terendam air.

“Kami sudah meminta izin kepada Dinas Pendidikan untuk menunda kegiatan belajar mengajar hingga kondisi membaik,” kata Kepala Sekolah SD Negeri di Kecamatan Ketanggungan.

banjir Brebes
(Gambar : jateng.wartaglobal.id)

Di tengah genangan air yang belum surut, masalah kesehatan mulai muncul di lokasi pengungsian. Penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), dan gatal-gatal dilaporkan meningkat di antara para pengungsi. Minimnya fasilitas sanitasi dan air bersih memperparah situasi.

“Fasilitas sanitasi di beberapa posko darurat belum memadai. Kami juga kekurangan obat-obatan dan tenaga medis untuk menangani pengungsi yang sakit,” ungkap seorang petugas kesehatan.

Pemerintah Kabupaten Brebes bersama organisasi non-pemerintah (NGO) telah mendistribusikan bantuan berupa makanan, pakaian, selimut, dan kebutuhan dasar lainnya. Namun, distribusi bantuan masih terkendala karena banyaknya akses jalan yang terputus akibat banjir.

Baca juga : Banjir Jateng, Begini Update Kondisi dan Penanganan Darurat

Tanggapan Pemerintah dan Relawan

Pemerintah daerah bergerak cepat untuk menangani dampak banjir Brebes. Bupati Brebes, Idza Priyanti, menegaskan bahwa pihaknya telah mengerahkan seluruh sumber daya untuk membantu warga terdampak.

“Kami sudah menetapkan status tanggap darurat bencana dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat penanganan,” jelasnya.

Tim gabungan yang terdiri dari BPBD, TNI, Polri, PMI, dan relawan dikerahkan untuk melakukan evakuasi warga yang masih terjebak banjir. Perahu karet digunakan untuk menyelamatkan warga di daerah-daerah yang sulit dijangkau.

Selain itu, pemerintah provinsi Jawa Tengah juga memberikan bantuan logistik dan dana untuk mendukung penanganan banjir di Brebes.

Masyarakat Brebes berharap agar pemerintah dapat mengambil langkah nyata untuk mencegah bencana serupa terjadi di masa depan. Selain itu, mereka juga menginginkan adanya pelatihan kesiapsiagaan bencana bagi warga, agar mereka lebih siap menghadapi situasi darurat.

Bencana banjir Brebes menjadi pengingat bahwa perubahan iklim dan kerusakan lingkungan memiliki dampak nyata yang harus segera diatasi. Solidaritas masyarakat dan bantuan dari berbagai pihak menjadi bukti bahwa semangat gotong royong masih kuat di tengah kesulitan.

Salurkan donasi banjir : Dompet Dhuafa

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *