Kotroversi dalam Pilpres di Indonesia dari 2004 hingga 2024

pemilu serentak 2024
Presiden Jokowi - Ilustrasi Pilpres 2024 (FOTO : Liputan6.com/Trieyasni)

Jatengkita.id – Pemilihan presiden tinggal menghitung hari. Agenda yang diselenggarakan tiap 5 tahun sekali ini selalu memiliki Kontroversi yang berbeda tiap masa ke masa. Adanya Kontroversi pada pemilu sendiri secara tidak langsung telah memberikan keanekaragaman pada pelaksanaan demokrasi di Republik Indonesia ini. Apa saja kontroversi yang terjadi pada Pilpres di Indonesia? Simak ulasannya.

Pemilu merupakan kegiatan yang seringkali dianalogilan sebagai pesta demokrasi rakyat indonesia ini menjadi agenda besar di Indonesia.

Namun taukah kalian semua, pemilihan presiden oleh rakyat yg dilakukan secara umum, dilakukan pertama kali pada tahun 2004. Pemilihan Presiden 2004 ini mempertemukan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono dengan pasanga Jusuf Kala dan Ibu Megawati Soekarno Putri dengan pasangan Hasyim Muzadi.

Pemilihan presiden pada 2004 ini berakhir dengan kemenangan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden Indonesia ke-6 Indonesia.

Jika dijelaskan secara lebih lanjut, berikut ini Kontroversi politik pada saat pemilu presiden yang terjadi pada tahun 2004 hingga 2024

  1. Pemilihan Presiden 2004

Pilpres 2004 di Indonesia menjadi tonggak sejarah yang memikat dengan keunikan tersendiri. Pemilu ini menandai transisi demokrasi yang signifikan setelah era Orde Baru.

Pilpres 2004

Keberagaman politik mencuat saat itu, dengan partisipasi lebih dari 24 partai politik. Sistem pemilu proporsional memberikan ruang yang luas bagi representasi beragam kelompok masyarakat.

Selain itu, kehadiran pasangan calon presiden-wakil presiden pertama kali terjadi, menambah dinamika pesta demokrasi. Pemilu 2004 tidak hanya menciptakan perubahan politik, tetapi juga menegaskan tekad rakyat Indonesia untuk melanjutkan perjalanan menuju sistem demokrasi yang lebih matang.

  1. Pemilihan Presiden 2009

Pilpres 2009 sendiri menurut beberapa artikel di gambarkan sebagai pemilihan yang semrawut. Pilpres 2009 sendiri mempertemukan tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden Indonesia.

Isu-Isu Paling Mendesak Dan Positioning Citra Capres-Cawapres - Pilpres 2009

Ketiga pasang tersebut yakni, Susilo Bambang Yudhoyono dengan pasangan Boediono, Megawati Soekarnoputri dengan pasangan Prabowo Subianto, dan Jusuf Kalla dengan pasangan Wiranto.

Dalam penyelenggaraan Pilpres 2009 sendiri telah terjadi Ketidakaturan yang disebabkan oleh dua faktor utama: pertama, kurangnya kapasitas penyelenggara; dan kedua, pengesahan undang-undang pemilu yang terlambat.

Meskipun jika dibandingkan dengan Pilpres 2004, keterlambatan undang-undang pada pilpres 2009 sebenarnya tidak jauh berbeda. Sempat muncul sebuah asumsi bahwa pihak penyelenggara pemilu tidak memiliki kompetensi yang memadai.

Dari argumen tersebut muncul Pertanyaan, mengapa individu yang tidak memiliki kemampuan mengelola pemilu malah terpilih sebagai anggota KPU?

Sebaliknya, mengapa mereka yang memiliki reputasi baik sebagai penyelenggara atau pemantau pemilu tidak terpilih sebagai anggota KPU? Yang pasti, kesalahan dalam rekrutmen penyelenggara pemilu pada Pilpres 2009 menjadi pembelajaran berharga untuk penyelenggaraan pemilu di masa mendatang.

  1. Pemilihan Presiden 2014

Bergeser pada tahun 2014, Pemilihan Presiden telah mengalami banyak perkembangan dan perubahan di dalamnya. Panggung pilpres 2014 sendiri mempertemukan pasangan calon presiden Jokowi dengan wakil presiden Jusuf Kalla dan pasangan calon presiden Prabowo Subianto dengan wakil presiden Hatta Rajasa.

Pilpres 2014 Pertarungan Heroik – Suara Surabaya

Pilpres 2014 sendiri dimenangkan oleh pasangan Joko Widodo dengan wakil Jusuf Kalla. Layaknya pemilihan presiden pada tahun-tahun sebelumnya terdapat Kontroversi politik didalam pelaksanaan Pilpres pada tahun 2014 ini.

Perlu diketahui bahwa pada Pilpres 2014, kehadiran media sosial menjadi salah satu aspek pembeda dari pemilu-pemilu sebelumnya. Masyarakat saat ini mungkin masih mengingat akan istilah Kadrun dan Cebong yang mengistilahkan kedua pasangan calon presiden Indonesia pada 2014.

Istilah ini hadir dan mulai menyebar luas di masyarakat berkat adanya media sosial yang merebak saat itu. Disisi lain adanya istilah kadrun dan cebong ini juga mengisyaratkan akan adanya polarisasi politik yang cukup besar di masyarakat.

Polarisasi ini kemudian secara tidak langsung menghadirkan ketagangan politik yang begitu hebat di kalangan masyarakat Indonesia.

Ketegangan politik pada Pilpres 2014 sendiri hadir bukan tanpa alasan. Jika kita tinjau kembali, pada Pilpres 2014 ini terjadi pergeseran politik di Indonesia.

Hal ini dapat dilihat dari hadirnya Bapak Joko Widodo yang meupakan calon presiden yang berasal dari latar belakang non-militer dan non-elite politik pada Pilpres 2014. Bahkan Bapak Joko Widodo berhasil mengambil hati dan suara masyarakat sehingga berhasil memenangkan Pilpres pada tahun 2014.

  1. Pemiihan Presiden 2019

Pemilu 2019 sendiri menjadi pemilihan umum serentak yang melibatkan pemilihan presiden, legislatif, dan dewan perwakilan daerah. Penyelenggaraannya secara bersamaan menciptakan proses pemilihan yang besar dan kompleks.

Bangsa Indonesia Sambut Gelaran Pemilu 2019 Hari Ini

Di sisi lain Pilpres 2019 juga menjadi sebuah tonggak perubahan besar dikarenakan adanya peran besar generasi milenial dalam proses politik di Republik Indonesia ini.

Pilpres 2019 sendiri mempertemukan kembali rivalitas antara Presiden Joko Widodo dengan Ketua Umum Partai Gerindra yakni Bapak Prabowo Subianto.

Pemilu Presiden kali ini Calon Presiden Joko Widodo didampingi dengan wakil Ma’ruf amin dan Calon presiden Prabowo Subianto didampingi oleh Sandiaga Uno.

Kontroversi pada Pilpres 2019 sendiri hadir ketika adanya penolakan hasil pemilu yang dilontarkan oleh Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Penolakan hasil pemilu tersebut merupakan buntut panjang dari adanya dugaan kecurangan dalam perhitungan hasil suara Pilpres 2019.

Penolakan hasil Pilpres 2019 ini kemudian mencuat dan kemudian dibawa ke sidang Mahkamah Konstitusi. Adanya penolakan ini juga mengakibatkan naiknya ketegangan politik di masyarakat.

Ketegangan politik yang hadir pasca Pilpres 2019 ini berakhir pasca dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi yang melimpahkan segala pelanggaran administratif Pemilu pada Bawaslu.

Pada akhirnya, gugatan dan Permohonan yang dilancarkan oleh pihak Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno ditolak. Sehingga Pilpres pada 2019 dimenangkan oleh Pasangan Calon Presiden Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.

  1. Pemilihan Presiden 2024

Pada Pemilu 2024 mendatang, terdapat tiga calon yang akan bersaing untuk mendapatkan kursi kepemimpinan di Republik Indonesia.

Ketiga calon presiden tersebut adalah pasangan Anies Baswedan dengan wakil Muhaimin Iskandar, pasangan Prabowo Subianto dengan wakil Gibran Rakabuming Raka, dan pasangan Ganjar Pranowo dengan wakil Mahfud MD.

Pemilihan Presiden ini akan dilakukan secara serentak pada 14 Februari 2024 mendatang. Walaupun demikian, ketegangan politik sudah hadir pada masa pendaftaran calon hingga masa kampanye saat ini.

Salah satu kontroversi yang cukup menggemparkan masyarakat Indonesia adalah hadirnya keputusan Mahkamah Konstitusi yang salah satu isinya berisikan mengenai perubahan standar umum minimum para calon presiden dan wakil presiden Republik Indonesia.

Keputusan ini menjadi kontroversi setelah hadirnya tokoh walikota solo yakni Bapak Gibran dalam kancah Pilpres 2024. Berbagai asumsi muncul ketika polemik ini naik ke permukaan.

Berbagai media berasumsi adanya indikasi kecurangan mengingat keputusan MK seakan menguntungkan bagi pihak Gibran yang akan maju pada pemilihan presiden.

Di sisi lain media juga menyoroti latar belakang kekeluargaan antara ketua Mahkamah Konstitusi yakni Anwar Usman dengan Gibran Rakabuming Raka.

Melihat kondisi yang makin memanas, pemerintah mendorong adanya peninjauan kembali atas putusan MK tersebut.

Pada akhirnya putusan Ketua Mahkamah Konstitusi dinilai sebagai pelanggaran Kode Etik. Walaupun demikian Bapak Gibran Rakabuming Raka tetap melanjutkan kiprahnya menjadi calon wakil presiden bersama Bapak Prabowo Subianto.

Baca Juga Ucapan Prabowo Dinilai Merendahkan Etika Berdemokrasi 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *