Tradisi Sesaji Rewanda : Serunya Interaksi Bersama Monyet

Tradisi Sesaji Rewanda : Serunya Interaksi Bersama Monyet
(Gambar : merdeka.com)

Jatengkita.id – Indonesia kaya akan budaya dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Salah satu tradisi unik yang masih lestari hingga kini adalah Sesaji Rewanda, sebuah upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Talun Kacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.

Tradisi ini menarik perhatian karena melibatkan pemberian sesaji kepada kawanan monyet di Goa Kreo, sebuah tempat yang memiliki nilai sejarah dalam perjalanan Sunan Kalijaga.

Sesaji Rewanda tidak hanya menjadi ritual adat, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang memperkuat identitas budaya masyarakat setempat. Bagaimana sejarah, makna, dan pelaksanaan tradisi ini? Mari kita telusuri lebih dalam.

Sejarah dan Makna Sesaji Rewanda

Sesaji Rewanda berasal dari dua kata, yaitu “sesaji” yang berarti hadiah atau jamuan dan “rewanda” yang berarti monyet. Tradisi ini berakar pada kisah Sunan Kalijaga, salah satu Wali Songo yang berperan dalam penyebaran agama Islam di Jawa.

Dikisahkan bahwa Sunan Kalijaga pernah mencari kayu jati untuk pembangunan Masjid Agung Demak. Dalam perjalanannya, beliau menemukan sebuah pohon jati besar di sekitar Goa Kreo. Namun, memindahkan kayu tersebut bukan perkara mudah.

Konon, Sunan Kalijaga dibantu oleh sekawanan monyet untuk menggulirkan kayu jati hingga akhirnya dihanyutkan ke Sungai Kreo sebelum dibawa ke Demak.

Sebagai bentuk penghormatan atas jasa para monyet, masyarakat setempat mengadakan upacara Sesaji Rewanda, yang pada dasarnya merupakan jamuan untuk para monyet penghuni Goa Kreo.

Selain mengenang perjalanan Sunan Kalijaga, tradisi ini juga menjadi simbol hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Pelaksanaan Upacara Sesaji Rewanda

  • Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Upacara Sesaji Rewanda dilaksanakan setiap tahun pada tanggal 03 Syawal (H+3 lebaran) oleh warga Kampung Talun Kacang.

Namun, karena menjadi salah satu daya tarik wisata di Kota Semarang, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sering menyelenggarakan kembali upacara ini pada tanggal 07 Syawal (H+7 lebaran).

Prosesi utama berlangsung di Goa Kreo, sebuah kawasan wisata yang terletak di Kecamatan Gunungpati, Semarang. Goa Kreo bukan hanya terkenal karena kisah Sunan Kalijaga, tetapi juga karena menjadi habitat alami bagi ratusan monyet ekor panjang.

Sesaji Rewanda
(Gambar : Kota Semarang)
  • Persiapan Sesaji

Sebelum hari pelaksanaan, masyarakat setempat sibuk mempersiapkan berbagai sesaji. Beberapa jenis makanan yang disiapkan antara lain buah-buahan seperti pisang, mangga, dan pepaya, sayur-sayuran, ketupat dan nasi, dan lauk-pauk seperti tahu dan tempe

Dari berbagai sesaji tersebut, yang paling istimewa adalah “Sego Kethek” atau nasi monyet. Sego Kethek dibuat dalam bentuk gunungan setinggi sekitar 2.5 meter, yang berisi nasi, sayur-sayuran, dan lauk pauk yang dibungkus dengan daun jati.

  • Prosesi Upacara

Pada hari pelaksanaan, arak-arakan gunungan berangkat dari Kampung Kandri menuju Goa Kreo. Perjalanan sejauh 800–900 meter ini diawali dengan penampilan empat penari berkostum monyet yang melambangkan para monyet sahabat Sunan Kalijaga.

Di belakang mereka, terdapat replika kayu jati, simbol dari kayu yang dicari oleh Sunan Kalijaga. Setibanya di kawasan Goa Kreo, tokoh adat memimpin upacara doa yang dipanjatkan kepada Tuhan. Setelah itu, anak-anak berkostum monyet kembali menampilkan tarian diiringi tabuhan gamelan.

Selesai doa dan tarian, tiba saatnya untuk pembagian gunungan sesaji. Masyarakat dan monyet-monyet Goa Kreo berebut menikmati makanan yang tersedia. Momen ini menjadi simbol kebersamaan dan hubungan harmonis antara manusia dan alam.

Baca juga : Tradisi Prepegan : Kearifan Lokal Menyambut Lebaran

Tujuan dan Makna Filosofis Tradisi Sesaji Rewanda

  • Menghormati Leluhur dan Napak Tilas Sejarah

Sesaji Rewanda menjadi cara masyarakat untuk mengenang dan menghormati perjalanan Sunan Kalijaga dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa.

  • Pelestarian Budaya dan Kearifan Lokal

Dengan terus menggelar tradisi ini setiap tahun, masyarakat menjaga warisan budaya mereka agar tidak hilang tergerus zaman.

(Gambar : Disbudpar Kota Semarang)
  • Menghormati Alam dan Kehidupan Liar

Tradisi ini mengajarkan pentingnya menjaga keseimbangan alam dan hidup berdampingan dengan makhluk lain, dalam hal ini monyet-monyet yang tinggal di Goa Kreo.

  •  Menjadi Daya Tarik Wisata dan Sumber Ekonomi

Sebagai agenda budaya yang menarik, Sesaji Rewanda turut membantu menggerakkan perekonomian warga sekitar. Banyak pedagang makanan, minuman, dan cendera mata yang mendapat manfaat dari meningkatnya kunjungan wisatawan saat perayaan berlangsung.

Goa Kreo : Destinasi Wisata Bersejarah

Goa Kreo bukan hanya sekadar lokasi pelaksanaan Sesaji Rewanda, tetapi juga merupakan destinasi wisata bersejarah yang menarik untuk dikunjungi kapan saja. Beberapa daya tarik Goa Kreo antara lain sebagai berikut.

  • Goa alami yang konon menjadi tempat istirahat Sunan Kalijaga
  • Kawanan monyet liar yang jinak dan dapat berinteraksi dengan pengunjung
  • Pemandangan Waduk Jatibarang yang indah, cocok untuk berfoto
  • Jembatan merah yang menjadi ikon kawasan wisata ini

Bagi wisatawan yang ingin menyaksikan upacara Sesaji Rewanda, datanglah pada bulan Syawal, karena pada momen inilah tradisi unik ini digelar dengan meriah.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *