Jatengkita.id – Emping Melinjo Batang menjadi produk unggulan daerah yang sarat nilai budaya, ekonomi, hingga identitas lokal. Di tengah gempuran makanan cepat saji dan produk-produk pabrikan, emping melinjo, berhasil disulap para pengrajin lokal sebagai camilan renyah dengan cita rasa khas.
Batang dikenal sebagai salah satu daerah penyumbang produksi melinjo terbanyak di Jawa Tengah. Setiap tahun, ratusan ton melinjo dihasilkan dan sebagian besar diserap oleh industri emping lokal.
Artikel ini akan membahas tentang emping melinjo Batang, mulai dari sejarah, proses produksi, nilai ekonomi, tantangan, hingga harapan pelestariannya di masa depan.
Sejarah Emping Melinjo di Batang
Batang dikenal sebagai daerah agraris yang menyimpan banyak kekayaan hayati dan tradisi kuliner yang kuat. Salah satu peninggalan budaya yang masih bertahan hingga kini adalah emping melinjo yang telah ada sejak masa kolonial Belanda.
Secara historis, emping melinjo pertama kali populer di kalangan masyarakat Jawa karena rasa gurih dan teksturnya yang unik.
Di daerah Batang, terutama di Kecamatan Limpung, Reban, Bawang, dan Kecamatan Tersono, emping dibuat secara tradisional oleh para ibu rumah tangga sebagai bentuk pemanfaatan hasil kebun yang melimpah.

Proses pembuatan emping melinjo ini terlihat sederhana, tetapi membutuhkan ketelatenan dan kekuatan. Salah perhitungan, jempol tangan pun yang tertumbuk. Proses pembuatan emping yakni sebelum ditumbuk.
Melinjo disangrai dulu agar mudah mengelupas di atas sebuah tungku. Kulit melinjo yang terkelupas dipakai sebagai ”kayu bakar” untuk proses menyangrai. Setelah dikupas, melinjo ditumbuk untuk membuat emping berdiameter lima sentimeter. Setiap lembarnya membutuhkan sekitar 8 biji melinjo.
Melinjo (Gnetum gnemon) adalah tanaman yang tumbuh subur di pekarangan rumah dan tepi hutan. Buahnya kecil, bulat lonjong, dan memiliki rasa khas, yaitu sedikit pahit namun gurih. Inilah bahan dasar emping.
Keunikan emping melinjo Batang terletak pada pemilihan bahan melinjo lokal yang cenderung lebih kecil namun memiliki rasa yang kuat. Petani di Batang memiliki tradisi menanam melinjo tanpa pestisida, sehingga lebih organik dan sehat.
Proses Produksi Tradisional yang Terjaga
- Pemanenan Melinjo
Buah melinjo dipanen saat sudah matang sempurna, ditandai dengan warna merah keunguan. Petani biasanya memetik secara manual menggunakan galah panjang atau memanjat langsung pohon melinjo.
- Perebusan
Setelah dibersihkan, melinjo direbus selama dua hingga tiga jam. Proses ini membuat biji lunak dan mudah dikupas.
- Pengupasan Kulit
Pengrajin mengupas kulit melinjo satu per satu. Pekerjaan ini memakan waktu dan membutuhkan ketelatenan, biasanya dilakukan oleh ibu-ibu sambil berbincang di beranda rumah.

- Penumbukan
Melinjo yang sudah dikupas ditumbuk menggunakan alat tradisional dari kayu. Setiap butir ditumbuk hingga pipih, menghasilkan emping tipis dengan diameter sekitar 4–5 cm. Proses ini memerlukan kecepatan dan ketepatan agar emping tidak pecah.
- Penjemuran
Emping yang telah ditumbuk dijemur di atas tampah atau anyaman bambu selama dua hari. Sinar matahari langsung membantu mengurangi kadar air dan membuat emping kering sempurna.
- Penggorengan dan Pengemasan
Emping bisa langsung digoreng atau dijual dalam bentuk mentah. Emping goreng biasanya dikemas dalam plastik bening, sementara emping mentah dijual dalam kemasan kiloan atau vakum untuk ekspor.
Jenis dan Manfaat Emping Melinjo
Emping terbagi menjadi dua jenis, yakni emping kletuk dan emping biasa. Emping kletuk hadir dalam beragam varian rasa seperti gurih, pedas, dan manis, serta umumnya dinikmati sebagai camilan atau pelengkap hidangan.
Sementara itu, emping biasa memiliki cita rasa gurih dengan sedikit rasa pahit. Untuk mengurangi rasa pahit tersebut, biasanya ditambahkan garam atau penyedap rasa.
Namun dengan seiring perkembangan zaman, para pelaku usaha emping di Batang telah berinovasi dalam rasa dan bentuk. Varian emping yang populer di antaranya adalah emping polos tanpa tambahan rasa dan emping pedas manis yang dibumbui dengan gula jawa dan cabai.
Kemudian ada emping balado, emping mini yang cocok untuk anak-anak, dan emping super tipis untuk konsumen kelas premium.
Selain rasanya yang gurih emping melinjo memiliki beberapa manfaat bagi kesehatan, misalny meningkatkan daya tahan tubuh. Emping juga bisa membantu menurunkan tekanan darah. Kemudian menjaga kesehatan ginjal, sistem pencernaan, kesehatan otak, dan kesehatan tulang.
Seputar Batang : Nasi Megono, Kuliner Khas Batang dengan Cita Rasa Autentik

Strategi Pelestarian dan Inovasi
- Gerakan Tanam Melinjo
Pemerintah daerah bekerja sama dengan kelompok tani menggerakkan kembali penanaman pohon melinjo, terutama di lahan tidur dan pekarangan rumah.
- Festival Emping Melinjo
Diselenggarakan tiap tahun di Alun-alun Batang atau Limpung, festival ini menampilkan lomba kreasi masakan emping, bazar UMKM, dan pelatihan digital marketing.
- Pelatihan Kewirausahaan
Dinas Perindustrian dan Koperasi memberikan pelatihan kemasan, pengurusan izin usaha, hingga ekspor skala kecil.
- Kolaborasi dengan Sekolah dan Perguruan Tinggi
Beberapa sekolah di Batang telah memasukkan pelajaran kewirausahaan berbasis emping untuk siswa SMP dan SMA, guna menarik minat generasi muda.
Emping melinjo Batang bukan hanya soal makanan melainkan dapat menjadi simbol ketekunan, kreativitas, dan semangat gotong royong masyarakat pedesaan.
Ketika dunia semakin terstandar dan terkomersialisasi, emping melinjo hadir sebagai pengingat bahwa rasa autentik hanya bisa tumbuh dari tangan yang penuh cinta dan tradisi yang dijaga.
Dari Batang, emping melinjo tidak sekadar memuaskan lidah tapi juga menghidupi keluarga, merawat budaya, dan menyambung warisan bangsa.
Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!