Jatengkita.id – Di jantung kota Solo, berada tidak jauh dari Keraton Surakarta dan Masjid Agung, terdapat sebuah pasar yang sangat terkenal yaitu Pasar Klewer. Lokasinya strategis banget, sehingga mudah ditemukan dan hampir selalu ramai pengunjung yang ingin membeli oleh-oleh khususnya batik.
Pasar Klewer juga dikenal sebagai salah satu ikon perdagangan batik terbesar di Indonesia. Tak hanya sekedar menjadi tempat belanja tapi juga menjadi bagian saksi bisu dari perkembangan budaya di Kota Solo.
Perkembangan itu dilihat dari budaya batik, ekonomi rakyat, dan kehidupan masyarakat Kota Solo dari masa ke masa. Kalau main ke Kota Solo, Pasar Klewer bisa jadi destinasi yang wajib dikunjungi. Untuk itu, mari mengenal sejarah Pasar Klewer terlebih dahulu.
Awal Kisah: Dari Pasar Slompretan ke Pasar Klewer
Sejarah Pasar Klewer dimulai pada masa pendudukan Jepang, sekitar tahun 1942-1945. Kawasan ini dulunya dikenal sebagai Pasar Slompretan.
Nama “Slompretan” sendiri berasal dari kata “slompret” yang artinya terompet, merujuk pada suara kereta api yang berhenti atau mulai bergerak di dekat lokasi tersebut.
Kawasan itu berfungsi sebagai pangkretan, yaitu tempat berhenti atau parkir kereta para abdi dalem keraton atau petugas dari luar kota yang hendak ke Solo. Karena aktivitas kereta dan pemberhentian itulah muncul istilah “Slompretan”.
Pedagang batik kecil mulai menempati area itu, membawa kain dagangan yang digantung di pundak atau disampirkan, kadang menjuntai atau “kleweran” dalam bahasa Jawa, yaitu menjuntai tak teratur. Dari situlah lahir sebutan Pasar Klewer yang kini mendunia dan lebih dikenal luas.
Perkembangan Fisik dan Pembangunan
Seiring waktu, Pasar Klewer tumbuh berkembang pesat. Bangunan permanen mulai dibangun pada era 1970, tepatnya bangunan dua lantai yang diresmikan oleh Presiden Soeharto.
Selain itu, pasar terus mengalami perubahan struktur dan renovasi agar lebih layak dan nyaman bagi pedagang serta pengunjung. Fasilitas lebih rapi, jalur lorong lebih tertata, dan elemen budaya Solo seperti ornamen batik dan motif tradisional tetap dipertahankan.

Masa Sulit: Kebakaran 2014 dan Kebangkitan Kembali
Satu peristiwa yang sangat memukul adalah kebakaran besar pada 27 Desember 2014 malam, yang melahap bagian sayap barat dari Pasar Klewer. Banyak kios yang rusak dan juga hangus. Pasar sementara kemudian didirikan di area Alun-Alun Lor Keraton dan sebagian kawasan Pagelaran.
Hal tersebut dilakukan agar aktivitas para pedagang tetap berlangsung. Setelah proses renovasi dan pembangunan ulang, Pasar Klewer kembali dibuka pada tahun 2017. Suasananya lebih modern, tertata dan nyaman untuk dikunjungi, tanpa menghilangkan nuansa tradisionalnya.
Pusat Batik Terbesar
Masuk ke Pasar Klewer, wisatawan akan menemukan ribuan kios dengan beragam koleksi batik, mulai dari batik tulis klasik, batik cap, hingga batik modern. Harga yang ditawarkan pun bervariasi, ada yang terjangkau untuk kantong mahasiswa, ada pula batik premium untuk kolektor.
Batik yang dijual di Pasar Klewer tidak hanya dari Solo, tapi juga dari daerah lain seperti Pekalongan, Yogyakarta, dan Banyumas. Dari sini, Pasar Klewer dapat disebut sebagai pusat batik nusantara.
Baca juga: Pasar Barang Antik Solo Jadi yang Terbesar di Indonesia
Peran Budaya dan Ekonomi
Pasar Klewer bukan hanya pusat batik. Pasar ini adalah ekosistem ekonomi mikro yang penting. Selain batik, barang-barang lain juga tersedia, mulai dari pakaian jadi, kain lokal, aksesori, bahkan kerajinan khas Solo.
Di sisi budaya, Pasar Klewer menjadi bagian vital dari identitas budaya masyarakat Solo, sekaligus destinasi wisata yang selalu dikunjungi oleh wisatawan lokal ataupun internasional. Lebih dari sekadar pasar, Klewer adalah ikon budaya Solo.
Di sinilah batik Solo dijaga dan diwariskan dari generasi ke generasi. Keberadaannya juga menjadi penggerak ekonomi masyarakat, sekaligus mendukung posisi batik sebagai warisan budaya dunia yang diakui UNESCO.
Petualangan Wisata di Pasar Klewer
Kalau kamu berkunjung ke Solo, jangan lupa mampir ke Pasar Klewer. Berikut tips agar pengalamanmu lebih maksimal.
- Datang pagi agar dapat suasana pasar yang belum terlalu ramai, dagangan batik masih segar, dan tawar-menawar lebih strategis.
- Siapkan uang tunai. Banyak pedagang yang lebih nyaman dengan transaksi tunai, terutama untuk barang grosir batik.
- Pelajari motif batik Solo, misalnya motif parang, kawung, atau motif karya keraton agar bisa tahu kualitas dan harga yang pantas.
- Setelah lelah tawar-menawar, jangan lupa nikmati kopi atau jajanan lokal di sekitar pasar atau dekat Masjid Agung yang lokasinya sangat berdekatan.
Pasar Klewer lebih dari sekadar pasar. Ia adalah jantung budaya batik Solo, tempat di mana tradisi bertemu dengan ekonomi rakyat. Sejarah tercipta dari urat nadi kehidupan pedagang kecil hingga skala besar.
Suara tawar-menawar, aroma kain batik, suasana lorong-lorong dengan berbagai motif, semuanya menjadi bagian dari cerita yang hidup dan tak hanya pantas dilihat, tapi juga dirasakan. Di sini, wisatawan juga bisa merasakan atmosfer budaya Jawa yang kental.
Pasar Klewer adalah bukti bahwa pasar tradisional bisa bertahan di era modern dengan tetap menjaga jati dirinya.






