Bengawan Solo : Sungai Kehidupan, Tantangan, dan Harapan di Tanah Jawa

Bengawan Solo : Sungai Kehidupan, Tantangan, dan Harapan di Tanah Jawa
(Gambar : Jawa Pos)

Jatengkita.id – Bengawan Solo bukan sekadar sungai biasa. Sungai ini adalah nadi kehidupan yang mengalir di tengah masyarakat Jawa.

Dengan panjang melebih 548 kilometer, sungai legendaris ini melintasi 12 kabupaten dan kota di Jawa Tengah dan Jawa Timur sebelum akhirnya bermuara di Laut Jawa, dekat Gresik.

Lebih dari sekadar aliran air, Bengawan Solo telah menjadi saksi lahirnya peradaban, sumber penghidupan, jalur penghubung, dan inspirasi budaya yang terus hidup dalam sanubari masyarakat. 

Dari masa ke masa, Bengawan Solo tak pernah lelah memberi. Sejak zaman prasejarah, alirannya telah menjadi sandaran hidup bagi masyarakat di sepanjang tepinya. Bukan cuma soal air, tapi soal harapan dan kelangsungan hidup.

Juga soal mengairi sawah-sawah, mengisi tempayan-tempayan rumah, hingga menjadi tumpuan saat musim kemarau datang. Bengawan Solo bukan hanya sungai, tetapi sahabat setia yang terus mengalir bersama waktu. 

Tak heran jika kehidupan tumbuh subur di sepanjang Bengawan Solo. Tanah-tanah pertanian yang menghampar di sisi-sisinya telah menjadi sumber penghidupan bagi jutaan orang.

Dahulu, di masa kejayaan Majapahit, sungai ini bahkan menjadi jalur emas bagi perdagangan dan transportasi yang berguna untuk menghubungkan daerah hulu dan hilir. Alhasil bisa mempercepat arus barang dan menyatukan peradaban lewat alirannya. 

Tak hanya di permukaan, Bengawan Solo menyimpan potensi air tanah sekitar 18.4 miliar meter kubik per tahun yang dimanfaatkan untuk pertanian, air minum, dan industri. Sungai ini juga berfungsi sebagai saluran alami yang mengalirkan air hujan ke laut dan membantu mencegah banjir di wilayah hilir. 

Penampakan Sungai Bengawan Solo yang Dipenuhi Eceng Gondok
Bengawan Solo dipenuhi Eceng Gondok (Gambar : news.detik.com)

Aliran dan Keunikan Bengawan Solo

Bengawan Solo memulai perjalanannya dari Wonogiri, Jawa Tengah. Lalu mengalir ke timur melintasi kota dan kabupaten seperti Solo, Ngawi, Blora, Bojonegoro, Lamongan, hingga akhirnya tiba di Gresik, Jawa Timur.

Di sepanjang jalurnya, sungai ini dibantu oleh banyak anak sungai yang memperkaya alirannya dan membawa manfaat besar bagi kehidupan masyarakat sekitar. 

Salah satu kisah menarik dari Bengawan Solo ada pada sejarah muaranya. Dahulu, sungai ini bermuara di Selat Madura. Namun pada 1890, pemerintah Hindia Belanda membuat kanal sepanjang 12 kilometer untuk mengalihkan muaranya ke Laut Jawa.

Langkah ini diambil demi mencegah endapan lumpur yang bisa menganggu jalur kapal menuju Pelabuhan Surabaya. Kini, delta Bengawan Solo terletak di dekat Kecamatan Sidayu, Gresik, di sebuah titik akhir dari perjalanan panjang sang sungai. 

Baca juga : Didi Kempot, Solois Kondang Surakarta dengan Daya Tariknya

Tantangan Lingkungan di Bengawan Solo

Tantangan lingkungan utama di Sungai Bengawan Solo saat ini sangat kompleks dan berdampak luas terhadap ekosistem serta kehidupan masyarakat di sekitarnya. Sayangnya, di balik peran besarnya, Bengawan Solo kini menanggung luka.

Limbah dari industri rumahan seperti ciu (alkohol), batik, peternakan babi, hingga sampah rumah tangga mencemari aliran sungai ini. Airnya berubah hitam/coklat pekat, berbau menyengat, dan tak lagi layak diolah menjadi air bersih.

Fenomena yang dikenal sebagai “Bladu”, perubahan warna dan bau air secara tiba-tiba sering terjadi dan berdampak langsung pada pasokan air bersih warga. Tak jarang, pencemaran ini juga membuat ikan-ikan lemas, mengambang, bahkan mati, terutama setelah sungai tercemar limbah alkohol atau etanol.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *