Mengulik 10 Makanan Pernikahan Adat Jawa dan Maknanya

Mengulik 10 Makanan Pernikahan Adat Jawa dan Maknanya
Kue Lapis (Gambar : istockphoto.com)

Jatengkita.id – Kuliner dalam pernikahan menjadi salah satu daya tarik tersendiri bagi tamu. Karena pernikahan merupakan agenda sakral, beragam jamuan yang disajikan ternyata juga memiliki makna tersendiri. Makanan pernikahan tersebut mengandung doa dan harapan yang baik bagi mempelai.

Makanan tradisional yang disajikan dalam perayaan adat jawa memiliki filosofi yang mendalam.  Ada beberapa makanan yang umum, bahkan wajib disajikan kepada para tamu undangan. Variasi makanan tersebut bisa dikatakan harus ada selama resepsi pernikahan adat Jawa.

Makanan-makanan yang disajikan tak luput dari keberadaanya sebagai pewaris luluhur yang telah turun-temurun karena dianggap baik bagi sang pengantin dan juga keluarganya. Berikut makanan pernikahan adat Jawa yang wajib ada sebagai simbol dalam sebuah pernikahan. 

  1. Wajik
(Gambar : Pinterest)

Wajik merupakan makanan yang terbuat dari bahan dasar ketan. Makanan ini memang biasanya hadir dalam hajatan seperti pernikahan. Wajik umumnya dibuat dari berbagai bahan seperti ketan, santan, gula merah, dan kelapa.

Ciri khas Wajik memiliki tekstur yang lengket, manis, dan ada rasa kelapa. Sebuah sumber menyebut Wajik sudah ada sejak zaman Kerajaaan Majapahit, yaitu sekitar abad ke-16. Kuliner ini telah tertulis dalam kitab sastra religi kuno yaitu Kitab Nawaruji atau Sang Hyang, Tattawajnana karya Mpu Siswamurti.

Makna dari wajik dalam pernikahan adat Jawa adalah sebagai doa agar sepasang mempelai langgeng sampai akhir hayat. Lewat Wajik, harapannya pengantin senantiasa lengket dan selalu bersabar dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

  1. Sop Manten
(Gambar : Pinterest)

Sop manten merupakan makanan pembuka yang berisi berbagai macam sayur, mulai dari wortel, kentang, kembang kol, dan buncis. Biasanya, sop manten dihidangkan dengan daging ayam dan daging sapi.

Sop melambangkan kedua pengantin yang berasal dari keluarga berbeda latar belakang. Kaldu ayam memiliki makna adanya persatuan dalam perbedaan dari kedua keluarga.

Untuk penyajian didalam mangkok sesuai dengan peribahasa Jawa, yaitu “pagar mangkok luwih kuat tinimbang pagar tembok”. Makna kalimat tersebut adalah bersikaplah dermawan dalam menjalani kehidupan berumah tangga, karena kebaikan suatu saat akan berbalik kepada diri sendiri.

  1. Lemper
(Gambar : istockphoto.com)

Nama lemper berasal dari bahasa Jawa yang berarti “lapisan” atau “bungkus”. Lemper merupakan akronim dari “yen dilem atimu ojo memper” yang berarti ketika dipuji hati tidak boleh sombong. Lemper digunakan dalam berbagai upacara tradisional seperti adat pernikahan Jawa.

Tradisi menyajikan lemper dalam suatu acara sudah ada sejak zaman dahulu. Masyarakat mempercayainya sebagai perlambang rezeki yang terus melekat. Harapannya, sang tuan rumah akan mendapat rezeki yang terus berdatangan pada saat hajatan digelar.

Makna dari lemper adalah menjadikan pribadi pengantin tidak sombong dan tetap rendah hati di mana pun mereka berada.

4. Lodeh Kluwih

(Gambar : Pinterest)

Warisan makanan selanjutnya yang juga selalu ada saat resepsi pernikahan adat jawa adalah Lodeh Kluwih. Kuliner ini merupakan sayuran yang berasal dari buah kluwih yang dimasak menggunakan santan. Bumbu yang dipakai pun sangat beraneka macam. 

Menurut sebuah sumber, sayur lodeh sudah ada sejak lama, yaitu dibuat pada masa Kerajaan Mataram. Kala itu, Kerajaan yang berpusat di Yogyakarta ini sedang berperang melawan VOC yang ada di Batavia. Sayur-mayur pada lodeh mempunyai filosofi yang mendalam.

Kluwih atau keluih bermakna “kluwargo luwihono anggone gulowentah gatekno” yang berarti keluarga wajib lebih diperhatikan dan diurus. Lalu, isian kacang panjang (cang gleyor) bermakna “cancangen awakmu ojo lungo-lungo” atau dalam Bahasa Indonesia berarti ikatlah dirimu jangan mudah pergi.

Sedangkan untuk terong bermakna “terusno anggone olehe manembah Gusti” yang berarti lanjutkan untuk beribadah pada Yang Maha Kuasa setiap saat. Daun melinjo (godong so) bermakna “golong-gilig donga kumpul wong salih sugih kaweruh babakan agama lan pagebluk”.

Artinya, bersatu untuk berdoa bersama dengan orang salih dan pandai agama. Kuliner ini diracik dengan bumbu khas nusantara, sehingga menghasilkan cita rasa yang lezat. Penyajian hidangan ini biasanya dengan nasi merah dan campuran daging.

Makna dari makanan lodeh kluwih ini berasal dari kata “kluwih” yang berarti kelebihan. Harapannya adalah pengantin dapat menjadi orang yang memiliki kelebihan atau linuwih.

  1. Jenang
(Gambar : istockphoto.com)

Makanan tradisional orang Jawa ini sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha. Menariknya, kuliner jenang masih eksis sampai sekarang bahkan selalu hadir dalam acara-acara penting. Jenang merupakan jajanan yang bertekstur kenyal dan memiliki rasa manis.

Tidak hanya sebagai makanan, jenang memiliki simbolisme dalam setiap tahapannya, baik dalam perayaan adat, ritual, maupun kehidupan sehari-hari. Dalam tradisi Jawa, jenang bukan hanya dimaknai sebagai makanan penutup atau camilan manis.

Jenang sebagai makanan pernikahan memiliki makna ucapan rasa syukur dari keluarga yang memiliki acara kapada Tuhan. Jenang adalah simbol doa, pengharapan, rasa persatuan, dan semangat hidup orang Jawa.

  1. Nasi Tumpeng
(Gambar : istockphoto.com)

Tumpeng merupakan sajian yang berisi nasi kuning berbentuk kerucut, dilengkapi dengan sajian lauk pauk yang beragam di atas sebuah tampah.

Nasi kuning terbuat dari campuran tiga bahan utama yakni beras, santan, serta kunyit. Kunyit dipilih sebagai pewarna alami karena masyarakat Jawa meyakini bahwa warna kuning merupakan perlambang dari kekayaan.

Peletakan nasi tumpeng harus sesuai dengan aturan yang berlaku, yaitu di atas lembaran daun pisang yang diletakkan di atas nampan yang terbuat dari anyaman bambu.

Biasanya, lauk pauk yang digunakan sebagai pelengkap terdiri atas sayuran, telur, tempe, tahu, ikan, bergedel, mie, timun, wortel, tomat, dan daging ayam.

Mengingat filosofi tumpeng yang merupakan simbolisasi dari konsep Ketuhanan, maka tumpeng bukan dipotong melainkan dimakan bersama-sama beserta lauk yang mengelilinginya.

Dalam adat pernikahan Jawa, tumpeng turut hadir mengisi wahana kuliner yang wajib disajikan karena dipercaya melambangkan kesejahteraan dan kesuburan

  1. Gudeg
(Gambar : istockphoto.com)

Asal nama gudeg dari kata “hangudek” yang digunakan prajurit Kerajaan Majapahit untuk memasak nangka dan kelapa. Gudeg sudah ada sejak zaman Kerajaan Mataram Islam pada abad ke-15. Proses pembuatan Gudeg membutuhkan kesabaran dan juga ketelitian.

Gudeng umumnya hadir dalam upacara pernikahan Jawa karena dipercaya melambangkan manisnya pernikahan.

  1. Lapis
(Gambar : istockphoto.com)

Lapis merupakan makanan tradisional dalam tradisi pernikahan adat Jawa yang masih eksis hingga sekarang. Kuliner ini dulunya dikenal dengan nama spekkoek (spekuk) yang berasal dari bahasa Belanda yaitu spek (lemak daging babi) dan koek yang berarti kue.

Umumnya, lapis dibuat lebih dari lima lapisan berbeda warna. Setiap lapisan kue merepresentasikan perjalanan cinta yang penuh warna, saling melengkapi dan berjalan harmonis. Tekstur kue lapis kenyal dan lengket melambangkan ikatan cinta yang kuat antara kedua calon mempelai. 

  1. Jadah
makanan pernikahan
(Gambar : istockphoto.com)

Kuliner ini juga menjadi makanan yang wajib dibawa dalam hantaran lamaran bagi calon pengantin pria yang bersuku Jawa. Jadah dibuat dari bahan tepung ketandengan isian tumis daging. Teksturnya apdat dan gurih.

Jadah di Jawa memiliki beragam varian, diantaranya jadah tempe, jadah manten, jadah bakar pulut inti, jadah bakar isi serundeng, dan jadah goreng. Dalam tradisi Sunda, jajanan ini dikenal sebagai kue ulen atau uli.

Jadah menggambarkan keseimbangan dalam kehidupan pernikahan, di mana dua rasa yang berbeda dapat bersatu harmonis.

  1. Klepon
(Gambar : istockphoto.com)

Makanan pernikahan ini diketahui sudah ada sejak lama yaitu sejak tahun 1950-an dan dipercaya berasal dari Tanah Jawa karena memiliki karakter makanan yang cenderung manis menggunakan gula merah.

Klepon melambangkan kesederhaan, di mana klepon terbuat dari bahan-bahan sederhana yang kemudian menjadi sesuatu yang istimewa. Warna hijau pada klepon melambangkan kesejahteraan dan kesuburan.

Kunjungi akun YouTube Jateng Kita untuk konten menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *