Jatengkita.id – Jawa Tengah memiliki beragam tradisi dalam menyambut bulan suci Ramadan. Setiap kabupaten dan kota mempunyai tradisi yang berbeda-beda, seperti Dugderan di Kota Semarang, Megengan di Demak, Padusan di Boyolali dan Klaten, dan tradisi Dhandhangan di Kudus.
Tradisi Dhandhangan merupakan festival yang diselenggarakan di Kabupaten Kudus untuk menandai dimulainya ibadah puasa Ramadan. Puncak acara ini ditandai dengan pemukulan bedug di Masjid Menara Kudus sebagai simbol awal bulan puasa.
Nama Dhandhangan berasal dari bunyi khas bedug yang berbunyi “Dhang! Dhang!”, sehingga tradisi ini dinamai sesuai dengan suara tersebut. Selain itu, perayaan Dhandhangan juga menjadi momen refleksi bagi masyarakat untuk menyambut bulan suci dengan hati yang bersih dan penuh kesiapan.
Banyak keluarga yang berkumpul dalam suasana penuh kegembiraan, sekaligus mempersiapkan diri untuk menjalankan ibadah puasa dengan lebih khusyuk.

Pada awalnya, Dhandhangan adalah momen berkumpulnya para santri di depan Masjid Menara Kudus setiap menjelang Ramadan untuk mendengarkan pengumuman dari Sunan Kudus mengenai awal puasa. Sunan Kudus akan menetapkan tanggal 1 Ramadan dengan memukul bedug dua kali.
Pemukulan pertama berfungsi untuk mengumpulkan massa, sementara pemukulan kedua dilakukan setelah salat isya sebagai tanda dimulainya Ramadan.
Seiring waktu, tradisi ini berkembang dan dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan di sekitar masjid. Kini, Dhandhangan dikenal oleh masyarakat sebagai pasar malam yang selalu hadir menjelang bulan Ramadan.
Baca juga : Perang Air dalam Tradisi Unik Bajong Banyu di Banjarnegara
Prosesi Perayaan Dhandhangan
Setiap tahunnya, tradisi Dhandhangan selalu dinantikan oleh masyarakat Kudus dan sekitarnya. Perayaan ini biasanya berlangsung beberapa hari sebelum bulan Ramadan dimulai. Berikut adalah beberapa prosesi utama dalam perayaan Dhandhangan.

- Pemukulan Bedug di Masjid Menara Kudus
Acara puncak Dhandhangan adalah pemukulan bedug di Masjid Menara Kudus. Ritual ini tetap dilakukan sebagai penghormatan terhadap tradisi yang diwariskan oleh Sunan Kudus. Pemukulan bedug dilakukan oleh tokoh agama atau pemuka masyarakat setempat. - Kirab Budaya dan Pawai Dhandhangan
Dalam beberapa tahun terakhir, perayaan Dhandhangan juga diramaikan dengan kirab budaya dan pawai yang menampilkan berbagai kesenian daerah. Peserta kirab mengenakan pakaian tradisional dan membawa berbagai atribut yang mencerminkan budaya Islam dan sejarah Kudus. - Pasar Malam
Salah satu daya tarik utama dari tradisi ini adalah adanya pasar malam yang selalu meriah. Para pedagang dari berbagai daerah datang untuk menjajakan dagangannya, mulai dari makanan khas Kudus, pakaian, hingga berbagai pernak-pernik Ramadan. - Pertunjukan Seni dan Budaya
Perayaan ini juga dimeriahkan dengan berbagai pertunjukan seni, seperti tarian tradisional, musik gamelan, dan pembacaan syair-syair Islami. Acara ini menjadi ajang hiburan bagi masyarakat sekaligus sarana edukasi budaya bagi generasi muda. - Doa Bersama dan Tausiyah
Sebagai bagian dari nilai keagamaan yang dijunjung tinggi, Dhandhangan juga diisi dengan doa bersama dan tausiyah dari para ulama. Kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat spiritualitas masyarakat menjelang bulan suci.
Tradisi Dhandhangan Kudus merupakan salah satu warisan budaya Islam yang masih bertahan hingga kini. Tidak hanya sebagai penanda dimulainya ibadah puasa, tetapi juga sebagai ajang kebersamaan, hiburan, dan perputaran ekonomi bagi masyarakat.
Dengan semangat pelestarian budaya dan inovasi dalam penyelenggaraannya, Dhandhangan diharapkan akan terus menjadi salah satu tradisi kebanggaan masyarakat Kudus dan daya tarik bagi wisatawan di masa mendatang.
Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!