Memahami Tradisi Lebaran Ketupat Masyarakat Jawa

Memahami Tradisi Lebaran Ketupat Masyarakat Jawa
(Gambar : istockphoto.com)

Jatengkita.id – Lebaran Ketupat atau Kupatan adalah perayaan hari raya setelah Idulfitri yang digelar oleh masyarakat Jawa. Lebaran yang juga disebut Bada Kecil di beberapa daerah ini dilaksanakan sepekan setelah Idulfitri, tepatnya tanggal 08 Syawal.

Seperti namanya, Lebaran Ketupat fokus pada menu ketupat sebagai hidangan utama. Adapun pelengkapnya bisa dengan opor ayam, sambal goreng, sayur lodeh, atau jenis sayur lainnya.

Selama perayaan Lebaran Ketupat, masyarakat saling berbagi dan mengirim ketupat kepada saudara dan tetangga. Bagi masyarakat, tradisi ini sekaligus sebagai momen untuk mempererat silaturahmi, saling berbagi, dan bentuk syukur atas limpahan nikmat Allah SWT.

Bila menelusuri sejarahnya, tradisi Kupatan sudah ada sejak zaman Islam berkembang di Pulau Jawa. Sebuah sumber menyebutkan abad 15, namun sumber lain menyebutkan abad 19. Tradisi ini dikenalkan oleh salah satu tokoh Wali Songo, yaitu Sunan Kalijaga saat mendakwahkan Islam di tanah Jawa.

Lebaran Ketupat
(Gambar : istockphoto.com)

Sunan Kalijaga membagi lebaran menjadi dua, yaitu Bakda Lebaran (setelah puasa) dan Bakda Kupat (setelah Lebaran) atau setelah tujuh hari Idulfitri. Kupatan ini dimaksudkan sebagai pelengkap puasa Ramadan, di mana setelah sebulan berpuasa, masih ada enam hari tambahan puasa di bulan Syawal.

Puasa Syawal ini merupakan salah satu puasa sunah yang sangat dianjurkan (sunah muakad). Keutamaan puasa sunah Syawal diibaratkan seperti puasa setahun tanpa henti. Hal tersebut sesuai dengan hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Muslim.

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadan, kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa setahun.” – (HR. Muslim)

Baca juga : Filosofi Kupat Lepet, Kuliner Jawa Khas Lebaran

Selain di Jawa, Lebaran Ketupat rupanya juga dilaksanakan di Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Bahkan, sebuah sumber menuturkan hingga Singapura dan Malaysia karena dibawa oleh orang Indonesia yang merantau ke negara tersebut.

(Gambar : istockphoto.com)

Makna Filosofis

Perayaan Lebaran Ketupat memiliki makna filosofis yang menjadi alasan kuat mengapa tradisi ini masih terus dilestarikan. Ketupat sendiri merepresentasikan makna kehidupan umat Islam. Ketupat dibungkus dengan daun janur atau kelapa muda.

Melansir dari situs Kementerian Kesehatan, janur merupakan singkatan dari jatining nur atau cahaya sejati. Empat makna ketupat (lebaran, luberan, leburan, laburan) inilah yang dibungkus dengan cahaya sejati yang dimaksudkan sebagai orientasi kepada Allah SWT.

Bentuk persegi empat pada ketupat memiliki filosofi kiblat papat limo pancer, yang artinya empat penjuru, yang kelima poros. Dalam menghadapi kehidupan yang terus bergerak dan berputar, manusia harus selalu ingat pada poros yang diinterpretasikan sebagai Sang Maha Pemilik Hidup.

Kemudian, ketupat yang dianyam adalah simbol kerekatan sosial untuk saling bekerja sama dalam mewujudkan kebaikan. Kebaikan tidak bisa dilakukan sendiri, maka dibutuhkan kerja kolektif.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *