Mengenal 4 Tradisi Rembang yang Masih Lestari

Mengenal 4 Tradisi Rembang yang Masih Lestari
(Gambar : TVOneNews)

Jatengkita.id – Rembang memiliki beberapa budaya dan tradisi yang masih dilaksanakan hingga sekarang. Perayaan tradisi Rembang ini bukan hanya sekedar ritual tahunan, tetapi juga menjadi bagian penting dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan spiritual masyarakat Rembang.

Di tengah arus modernisasi, masyarakat Rembang tetap berpegang teguh pada tradisi sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur, menjaga keharmonisan sosial, serta melestarikan nilai-nilai kearifan lokal. Artikel ini akan membahas berbagai perayaan adat di Rembang yang masih lestari.

Perayaan Adat yang Masih Dilestarikan di Rembang

  1. Sedekah Laut

Sebagai daerah pesisir, Rembang memiliki tradisi Sedekah Laut yang dilakukan oleh para nelayan sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil laut yang melimpah serta doa agar diberikan keselamatan selama melaut.

Biasanya diadakan setiap tahun pada bulan Suro dalam penanggalan Jawa. Ritual utama adalah melarung sesaji ke laut, yang terdiri dari kepala kerbau, nasi tumpeng, dan berbagai hasil bumi. Sebelum prosesi melarung, diadakan doa bersama oleh sesepuh desa dan tokoh agama.

Acara ini juga dimeriahkan dengan pertunjukan seni seperti wayang kulit, tari tradisional, dan musik gamelan. Sedekah Laut bukan hanya sekedar ritual spiritual, tetapi juga menjadi ajang berkumpulnya masyarakat dan promosi budaya serta pariwisata Rembang.

  1. Tawur Sego
(Gambar : 1001 Indonesia)

Di Desa Pelemsari, Kecamatan Sumber, Kabupaten Rembang, terdapat sebuah tradisi khas yang dikenal dengan Tawur Sego. Ritual ini merupakan bagian dari warisan budaya masyarakat setempat yang dijalankan sebagai bentuk rasa syukur atas berkah yang mereka terima.

Prosesi Tawur Sego diawali dengan doa bersama di bawah sebuah pohon besar yang dianggap sakral. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pertunjukan tari orek-orek, sebuah tarian tradisional yang ditampilkan dengan gerakan energik dan diiringi musik khas daerah.

Bagian paling dinanti dari perayaan ini adalah momen pelemparan nasi gundukan, di mana ratusan warga berkumpul dan saling melempar nasi sebagai simbol kegembiraan dan ungkapan rasa syukur.

Ritual ini mencerminkan filosofi berbagi rezeki, menunjukkan bahwa berkah yang diterima harus dibagikan kepada sesama.

Lebih dari sekadar perayaan, Tawur Sego menjadi simbol persatuan dan kebersamaan dalam masyarakat desa. Tradisi ini memperkuat nilai kekeluargaan, gotong royong, dan kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun.

Baca juga : Nikmatnya Lontong Tuyuhan, Menu Buka Puasa Khas Rembang

  1. Syawalan

Syawalan adalah perayaan yang dilakukan satu minggu setelah Hari Raya Idul Fitri. Di Rembang, Syawalan memiliki ciri khas tersendiri, yakni adanya acara makan bersama di rumah sesepuh desa serta kegiatan kirab budaya.

Kirab budaya menampilkan kesenian lokal seperti tari tradisional dan barongan. Ada pula perlombaan rakyat seperti panjat pinang, balap karung, dan pertandingan seni bela diri tradisional. Syawalan menjadi ajang mempererat tali silaturahmi dan menjaga keharmonisan sosial antarwarga.

  1. Pathol Sarang
tradisi Rembang
(Gambar : Pemerintah Provinsi Jawa Tengah)

Salah satu tradisi budaya yang menarik perhatian di pesisir Rembang adalah Pathol Sarang, sebuah olahraga gulat tradisional yang diyakini telah ada sejak era Kerajaan Majapahit.

Seni bela diri ini menjadi ajang adu kekuatan dan keterampilan. Pathol Sarang umumnya diselenggarakan bersamaan dengan perayaan Sedekah Laut. Dalam acara ini, para jawara atau pegulat dari berbagai daerah, seperti Rembang, Pati, dan Jombang, turut serta untuk menunjukkan keahlian mereka.

Selain sebagai hiburan bagi masyarakat, Pathol Sarang memiliki makna yang lebih dalam. Pertandingan ini menjadi wadah untuk melestarikan budaya leluhur, memperkuat nilai sportivitas, serta mempererat persaudaraan antar warga.

Follow akun instagram Jateng Kita untuk informasi menarik lainnya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *